Tuesday, April 10, 2007

Bersabarlah wahai sang ayah...









Anak-anak itu umpama permata. Ia perlu digilap sentiasa. Diasuh dengan lembut - dengan sabar - dengan penuh hemah dan BUKAN dengan kekasaran bahasa - kekerasan suara - kegeraman hati.



Benarlah kata orang, naluri keibuan itu begitu tinggi nilainya. Tidak mahu ia anaknya ditengking selalu. Bergetar tangannya - berdebar dadanya tatkala sang ayah datang menyinga pada anak-anak kecil yang tak tau apa-apa.



Wahai sang ayah - berbanyaklah bersabar dengan karenah anak-anak. Seperti sabarnya sang ibu bangun malam menyuapi susu walau sakit dada berjam-jam lamanya. Asal anak puas. Kasih sayangnya tiada tara...



Wahai sang ayah - tanggungjawabmu memang besar - tiada tandingnya. Cuma, ibu tidak minta lebih dari kemampuanmu - tanamkanlah sabar itu walau sedikit dari hatimu. Usah dihambur pada anak-anak yang belum mengerti apa-apa.



Dipukul ia, tiada kuasa melawan kita. Dipeluk, dicium, disayang, dielus - itu memang mahunya. Anak-anak tiada daya. Semuanya terletak di tangan kita. Kitalah yang membentuknya. Janganlah ia mencontohi kekasaran kita. Yang mereka tonton di depan mata.

Ajarilah mereka dengan akhlak yang mulia. Bahawa sabar itu memang payah melekat di hati. Tapi, tetapkanlah berusaha. Kerana orang yang sabar akan beroleh kemenangan.

Dan ujian-Nya adalah kayu ukur pencapaian kita - sebagai ibu dan bapa.



Armiza Nila
Semariang Batu
10 April 2007

Sebuah puisi Armiza Nila - "Anak-anak, sudah sudahlah"


"Anak-anak,
sudah sudahlah,"
: sedari kecil
kita dipangkukan
ditatang bagai minyak yang penuh
diikut ingin macam perintah raja
asal kau jadi
bahagia
jadi anak berguna
: sudah besar
lepaskanlah tanggungjawab mereka
mendidikmu sesempurna
melakar akhlakmu sewajarnya
"Anak-anak,
sudah sudahlah,"
: di usia senja mereka
ingin lihatmu dewasa
mempotret keluargamu sejahtera
membina jalinan mesra
mencipta kukuh jambatan kasih
memeterai cinta paling kasturi
"Anak-anak
sudah sudahlah,"

: buangkan segala duka lara
dura duri duga
dari mata mereka
jangan kau titiskan mutiara berharga
dari sepasang hati renta mereka
"Anak-anak
sudah sudahlah,"
: biarkan senyum terukir di bibir
mengecap nikmat dari tabir ukir
yang kau lakarkan di dada fikir
tersimpul erat di mahligai fakir
tapi jiwanya tidak kikir.
Armiza Nila
Semariang Batu
09 April 2007