Thursday, September 20, 2007

Sebuah Puisi Armiza Nila - Mutiara Jiwa Bonda





Mutiara Jiwa Bonda

dari segumpal darah
membentuk seketul daging
lalu bernyawa
diselaput air ketuban
lindungmu dari segala marabahaya

dalam kandung
kau memeluk erat tubuhmu sekujur
menumpang hidup dari nyawa bonda

: mutiara jiwa

lahirmu
memecah sunyi malam
beburung berkicau di dahan
tempat sarang : berzikir
saat menyaksikan
kehadiran khalifah bumi
melakar dunia

mutiara jiwa bonda

ada mu sesempurna segala
sucimu bak salju
penyejuk jiwa
penenang resah

tak seharusnya kau dianiaya
oleh rakus nafsu amarah
yang melanda
jiwa yang telah bersenyawa denganmu

kau harta paling bernilai
dalam hidup bonda
tiada yang lain setandingmu

kau menyingkap tabir fikir bonda
jadi matang dan jauh
mentafsir olah dan lakumu
yang pelbagai

mutiara jiwa bonda

kaulah warna-warni
menghias taman nurani bonda.

Armiza Nila
20 September 2007/ 8 Ramadhan 1428H
Semariang Batu

Aduhai Mutiara Hati




Salam,

Membesar dan mendidik anak-anak bukan sekadar menyebut manis di hujung bibir.

Kekadang olah anak-anak yang berlebihan lebih-lebih lagi anak-anak yang baru tahu luasnya alam kanak-kanak mereka - yang tidak pernah memikirkan kerisauan orang tuanya, begitu mencabar kesabaran sang ibu. Anak-anak hanya tahu bermain tanpa memikirkan risikonya.

Saya sendiri seringkali kalah oleh kemarahan yang berkecamuk dalam hati dan fikiran bila berdepan dengan anak-anak yang bermasalah - terlalu agresif.

Astaghfirullahaladzhim. Saya tidak sedar apa yang telah saya lakukan. Saya tidak sanggup menyakiti anak-anak sendiri kerana kalah oleh nafsu kemarahan.

Kepada pembaca di luar sana - saya mohon petunjuk dan nasihat yang berguna - bagaimana membentuk akhlak yang baik anak-anak sedari mereka kecil lagi.

Mungkin kalian yang bergelar ibu-ibu yang mantap bisa membantu saya dalam hal ini.

Aduhai mutiara hatiku - mama sedar, kau dilahirkan untuk diamanahkan kepadaku menjagamu sebaik mungkin.

Sekali mama lalai - selamanya mama menyesal.

Semoga Allah sentiasa memberi kesabaran dan meningkatkan keimanan saya dalam menanggapi karenah anak-anak yang kian membesar.

Insan lemah lagi kamil,

Armiza Nila
Semariang Batu, Kuching