Monday, August 20, 2007

Waktu yang ditinggalkan...

Waktu-waktu bahagia seringkali meninggalkan. Tangis gurau senyum ria seperti tidak mahu bertandang saat api marak menyala dari hembus halkum seorang insan.

Insan iaitu manusia yang lahir dengan seribu kekurangan, sejuta kelemahan yang bisa saja terlupa sedetik dari secebis iman melantun lari oleh sebuah amarah.

Bergegar tiang arasy di saat tersembur keluar lafaz yang kerap dilagukan.
Astaghfirullah... apa sudah jadi?

Hatinya sudah membeku dendam.

Hatinya sudah tidak seharum kasturi yang mewangi laman larangan.

Hatinya berdarah terhiris kata keluar dari halkum umpama lahar berapi.
Meletup menambah membekas parut yang ada.

Entahkan sampai kapan penungguannya.

Persinggahan di pelabuhan tenteram lagi aman.

Yang memukau matahatinya memandang lurus.

Hidupnya dipulas ombak dan badai yang menghempas tangkai hatinya.

Merah hatinya menjadi sehitam arang.

Kesabarannya ada batasan.

Saat mengenangkan permata-permata, segala kedukaan itu dipendam ke lurah paling dalam.

Biar. Biar dirinya berduka. Biar dirinya seringkali terduga. Biar dirinya teraniaya.
Asalkan permata-permata yang ada terus bergemerlap melantunkan cahaya dalam usianya yang semakin ditinggalkan...

Armiza Nila
Semariang Batu.
18 Ogos 2007

Wajah di sebalik kata


wajah di sebalik kata
mengungkap seribu pengertian
yang bisa dirombak dari permukaan

seribu kerisauan yang menerjah
bersemadi dalam wajah
menterjemah kata-kata
yang tersurat
menyimpul yang tersirat
dimengerti paksa

wajah di sebalik kata
terpenjara sukmanya
dadanya membusung dendam
dendam yang lama
membusuki kalbunya

usah dipermainkan ia
laksana buah dadu
dilambung sesuka
mengubah nasibnya

kata-kata di sebalik wajahnya
hanya dirinya
tahu segala...

Armiza Nila
Semariang Batu