Thursday, January 18, 2007

waktu-waktu yang mencabar...




Saya akur, sebagai isteri dan ibu, waktu-waktu malam saya yang biasanya saya peruntukan untuk berkarya sedikit sebanyak kebelakangan ini dikorbankan untuk melayan anak-anak dan kehendak suami sesekali beliau tidak ber'outstation'. Saya menjadi serba salah antara minat dan tanggungjawab. Siangnya saya bergelumang dengan kerja sehingga kembali ke rumah jam 6.00 petang. Kerapkali kebelakangan ini saya menunda kerja pengeditan karya saya yang tengah dalam proses untuk dijadikan 'sesuatu' yang berharga dalam hidup saya selaku seorang penulis. Pun begitu, tanggungjawab sebagai ibu dan isteri lebih saya utamakan. Di samping kalau tidak pandai mencuri masa memang saya akan ketinggalan oleh kelincahan dan kegalakan teman-teman penulis yang lain semakin gah melangkah ke depan.
Saya begitu sayu sebenarnya melihat raut wajah anak-anak yang kegirangan menyambut kepulangan saya. Segala penat lelah hilang begitu saja memandang wajah comel dan ceria mereka. Kekadang saya pun sedikit kurang sabar dengan tingkah laku dua putera yang semakin lincah dan tak reti duduk diam terutamanya si kecil Adib. Mau tidak mau pembacaan/pengkaryaan saya terhenti seketika...
Begitulah cabaran seorang penulis yang juga isteri dan ibu serta pekerja dalam mengatur dan mengendalikan sewajarnya antara pekerjaan, tanggungjawab dan minat. Saya berharap akan mendapat petua daripada penulis yang lebih berpengalaman agar saya tidak terhenti untuk terus menulis biar apa pun bentuk cabaran yang datang.
Armiza Nila
- seraut wajah anak adalah cahaya yang cukup membahagiakan -
18012007
Semariang Batu


Wednesday, January 17, 2007

Seperti Gulungan Filem



Sejarah berulang menjengah
seperti gulungan-gulungan filem
berputar-putar
diproses
menjadi sekeping potret
- indah, perit.

sebermula yang indah-indah
menghiasi ukiran di kaca-kaca
bercahaya

sesuku titian
ombak ganas sering menerjah
badai mabuk tertunda
kerapkali
menyapa zahir yang lelah

seperjalanan disusuri terus berakit
di batu-batu jeram yang seram
cuba memproses gulungan-gulungan filem
menjadi potret-potret indah
menghiasi album kenangan
sepanjang diari


seperti gulungan filem
takkan sudah
membasuh sukaduka
mencuci langit jelaga
menjelma menjadi dirinya
yang sebenar...



Armiza Nila

17012007

Petra Jaya, Kuching.
[puisi ini dipublish sebelum diedit]

Suara dari Seberang yang jauh di perantauan...

Polygamy Atawa Polyginy: Perlukah?

Sunday, December 24, 2006

Susah juga jadi perempuan.Perempuan harus sempurna. Kurang sedikit saja, suami akan lari ke pelukan perempuan lainnya.

Perempuan haruslah tampil menarik. Bau wangi sembari masih harus melayani anak-anak dan suami. Sedikit jorok karena bau ompol anak sendiri, suami bisa punya alasan untuk kawin lagi.Kalau mau menjanda, perempuan haruslah cantik.

Kalau terlihat tua dan jelek, mana mungkin ada orang yang mau menjadikan isteri.

Perempuan haruslah menjaga omongan dan sikap. kalau berbeda pendapat dan suami tidak sreg akan terjadilah pertengkaran. Saat-saat begini, suami sah-sah saja untuk mencari dada perempuan lain untuk menumpahkan keluh kesahnya dengan alasan isterinya durhaka tak karuan.

Perempuan haruslah bisa punya keturunan. Ada masalah dengan sistem reproduksi tubuh sedikit saja, haruslah siap diduakan dengan alasan meneruskan keturunan.

Perempuan haruslah sehat. Kalau sakit-sakitan, sah-sah saja suami membagi cinta dengan perempuan lain yang sehat dan bugar.

Perempuan harus bisa diajak keliling keman-mana. Nyambung dengan pemikiran suaminya. kalau tidak, adalah hak suami untuk mencari orang yang setara dalam bertukar pikiran.

Ketika sudah mulai mantap kehidupan ekonominya, Perempuan juga harus rela berbagi suami dengan alasan jumlah perempuan jauh lebih banyak dari jumlah laki-laki. Satistik jaman mana yang dipakai? Berbagi suami dengan perempuan tua, banyak anak, tak menarik secara fisik dan miskin saja, memerlukan kebesaran hati. Apalagi dengan perempuan yang lebih cantik? Mana mungkin bisa tahan untuk tak terisak-isak, meski secara sembunyi-sembunti dibalik punggung suami.

Perempuan dihadapkan dua pilihan oleh suami, "elu mau gue selingkuh atau gua menikah lagi secara resmi?"

Kalau aku, akan memilih bercerai saja.Na'udzubillah min dzalik*

Tetapi anehnya, masih saja digugat. Dibilang tidak taat dan tidak sholikhat. Padahal cerai dan poligami jelas merupakan solusi terburuk. Lantas, kenapa kalau lelaki berpoligami dianggap terhormat. sedang perempuan yang mintai cerai karena suami poligami dianggap keparat, tidak sholikhat dan dilaknat bahkan dihujat?

Ah!

Seandainya para lelaki didunia bisa berpikir secara jernih. Tentulah semuanya akan berjalan Indah.

Jatuh cinta memang manusiawi. Tak hanya milik lelaki. lelaki yang sudah menikah, bisa saja jatuh cinta lagi. Demikian juga dengan perempuan. Tak ada bedanya.

Cuman, bukankah kita dianugrahi akal untuk berpikir bekali-kali. Dan agama untuk mengontrol nafsu birahi?

Ketika perempuan tampil amburadul, bukankah keamburadulannya karena mengurus rumah tangga dan anak-anak buah dari cinta?Ketika perempuan tak bisa tampil menarik, cobalah introspeksi. Apa uang belanja menipis sehingga isteri tak bisa membeli alat-alat untuk mempercantik diri? Atau tidak punya waktu karena waktunya habis buat mengurus keluarga?

Alangkah senangnya perempuan kalau suami mau bantu agar tampil sesuai dengan harapan Bukan lari ke perempuan lainnya.

Ketika isteri sakit-sakitan,pandangi wajah tirusnya. Semasa isteri sehat, betapa keringatnya habis diperas hanya untuk berbakti kepada keluarga. Matanya yang sekarang cekung itu dulu yang terjaga dan berusaha menahan sejuta kantuk yang menyerang ketika harus begadang menjaga anak-anak dan suami ketika sakit.

Alangkah senangnya kalau lelaki mau mendampingi hingga akhir hayat nanti. Bukanya lari ke ketiak perempuan sehat lainnya dengan alasan agar ada yang merawat kebutuhan suami. Terus kapankah saatnya para suami merawat isteri? Aataukah yang wajib dirawat hanya suami saja seorang?

badan sakit. percaya diri berkurang. Masihkah harus disiksa perasaannya?

Ketika isteri divonis susah punya keturunan. Kenapa tidak bersama-sama berusaha untuk mengobati diri. Mengangkat anak yatim dan memprlakukannya sebagai anak sendiri serta mendidiknya menjadi manusia yang berguna tentu akan lebih menuai pahala daripada kawin lagi. Kalau yang tak berfungsi ada pada pihak laki-laki, bukankah suami tak mau isterinya kawin lagi?

Ketika harta sudah berlimpah. keinginan untuk menambah isteripun sering menggoda. Alangkah baiknya, jika keinginan itu datang, pandangi wajah isteri yang mendampingi anda dimasa-masa susah. Bahkan kalung dan cincinya rela dijual demi sesuap nasi untuk seluruh keluarga yang tinggal di rumah kontrakan yang nyaris habis masa tinggalnya.Wajahnya selalu tersenyum walau suami hanya membawa sedikit uang.

Wajahnya sudah keriput karena dimakan usia dan kerut-kerut didahinya terus bertambah akibat Pikirannya terus diolah agar dapur bisa tetap ngebul walau dengan dana terbatas.

Telapak tangannya tak lagi lembut karena harus mencuci baju dan mengolah masakan setiap hari.

Perutnya sudah melebar penuh dengan kerut marut dimana-mana akibat mengandung anak-anak.

Ketika semuanya berlalu dan ekonomi mapan, adilkah kalau air matanya masih saja diperas dengan memperisteri perempuan lain dengan alasan sosial keagamaan?

Ketika sedang ada masalah dengan isteri, lelaki akan lari ke pelukan perempuan lain. Tetapi ketika dikejar-kejar wartawan, justru para isterilah yang membela para suaminya. Suami berlindung di ketiak isteri. Lihatlah pembelaan Sharmila di Indonesia sampai Hillary Clinton di Amerika.

Pikir-pikirlah sebelum melangkah. Sebab isteri bisa menjadi pahlawan bagi kaum suami dikemudian hari.Tegakah untuk menyakitinya?Aku tak mau membayangkan sejauh itu. Agamaku tak seburuk itu.

Aku tak menentang poligami karena ayat-ayatnya sudah jelas. Tapi bisa jadi interpretasi kita terhadap suatu ayat berbeda. lelaki sering mempergunakan interpretasinya untuk membujuk isterinya agar bisa sholikhah dimata Tuhan dengan kesediaan untuk dimadu dengan menggunakan surat Annisa ayat 3. Hukum Tuhan pasti membawa kebaikan, kata mereka tanpa ada pembahasan kontekstual sebuah ayat.

Aku, perempuan, seorang isteri dan seorang ibu, pun, bisa memberikan interpretasi agar suami hati-hati dalam urusan berbagi hati dengan berpedoman pada surah annisa ayat 1,2 ,3 dan 129. Dan ayat 129 jelas-jelas Tuhan meragukan kemampuan manusia untuk berbuat adil.

Setahuku Islam itu indah dan tak akan menyakiti hati perempuan. Dan ayat-ayat itu, kalau dijabarkan secara kontekstual adalah perlindungan terhadap janda-janda akibat perang uhud dan juga perlindungan terhadap anak-anak yatim yang saat itu marak terhadap penyerobotan harta oleh walinya sendiri. Dan ayat ayat itu juga merupakan pembatasan terhadap poligami menjadi hanya empat istri karena adanya praktek poligami tanpa batas yang ada pada waktu itu.

Jadi, konteks surah anissa ini adalah justru memberi keadilan kepada perempuan bukan untuk menyakiti.

Parahnya, para lelaki melakukan pembenaran berdasarkan ajaran Tuhan. Dan ini bisa jadi diikuti banyak orang, dengan alasan si kalau si A yang melakukan, pastilah ada hikmahnya. Kenapa tak bilang saja, "mamah, aku nikah lagi karena aku jatuh cinta lagi?"

Kalau jaman sekarang, mengawini janda cantik yang dianggap sebagai kaum yang rentan karena kesusahan ekonomi sih, menurutku tetap menyakiti isteri pertama.

Kenapa?

bukankah membantu tak harus dinikahi? Empowerment terhadap perempuan dengan mengadakan pelatihan agar bisa mandiri dan beasiswa terhadap anak-anak mereka justru akan sangat bermanfaat tanpa harus mengorbankan perasaan istri dan anak-anak sendiri.

Hukum Tuhan pasti akan membawa maslahah. Dan sesuatu yang banyak membawa keburukan ya tinggalkan.

oleh karenanya, hormati pendapatku juga. bagimu pendapatmu. bagiku pendapatku. Bukankah begitu?

Lagian, disini saya tak bicara dengan menggunakan frame agama. Saya hanya mengajak kita semua kembali berbicara dengan lebih mengutamakan hati nurani daripada cinta yang bersifat manusiawi yang dibungkus dengan berbagai alasan.

Tetapi kadang-kadang lelaki lebih sering menganggap dirinya lebih paham tentang perasaan perempuan dari perempuan itu sendiri.

Dan kepada perempuan yang "semangat" ketika didekati atau mendekati suami orang baik dalam konteks selingkuh maupun nikah resmi, sebaiknya berpikir seribu kali dan mencoba menempatkan diri sendiri kalau berada di posisi isteri pertama untuk mengukur kadar keegoisan diri.

Sedang Tuhanpun tidak mungkin egois. Mana mungkin Tuhan menginginkan para lelaki berbakti dan cinta kepadaNYA dengan mengorbankan dan menyakiti perasaan perempuan.

Mana mungkin juga para perempuan isteri kedua, ketiga, keempat menikah atas nama Tuhan dengan menyakiti perempuan lainya. Kecuali, kalau isteri pertama dan anak-anaknya benar-benar rela untuk berbagi.

Sepanjang hidupku, aku belum pernah melihat itu. Yang ada isteri ihlas menurut pandangan suami.

Beberapa media memang menggembar-gemborkan tentang keihlasan isteri pertama ini. Walau dikemudian hari sering diketahui isteri yang sempat tepar di rumah sakit begitu mendengar suaminya menikah lagi yang ternyata nikahnya tanpa dihadiri isteri pertamanya. Seorang anak yang tiba-tiba menangis sesenggukan ketika ayahnya sedang ijab kabul mempersunting isteri keduanya yang cantik jelita. Padahal jauh hari sebelumnya para suami mengatakan isteri pertama dan anak-anaknya telah "ihlas".

Tapi, isteri adalah pahlawan. beberapa hari berikutnya telah siap di hadapan wartawan, membela suaminya. Walau dengan suara serak yang tak bisa menutupi kegetiran hatinya.

Wallohu a'lam bishowab.

Mari kita bertanya kepada hati nurani kita sendiri.


petikan dari : weblog Labibah Zain - pengkarya Indonesia di Montreal
http://serambirumahkita.blogspot.com/

Aktiviti Pertama Kalendar 2007


[gambar : pemeriksaan perbarisan oleh TK semasa penutupan kursus kadar 1998 di Kem Sematan]
Sabtu, 13 Januari 2007 - saya kembali turun padang menjejaki Kem Kota Samarahan Kompeni A, Batalion Pertama.
Pagi itu, terlebih dahulu dimaklumkan Jurulatih - Lans Koperal Joseph mengenai pemeriksaan pentadbiran oleh KSMJ PW1 Teng. Semua anggota dikehendaki mengenakan pakaian no. 4A atau 4B.
Oleh kerana berat badan yang bertambah, saya dikecualikan mengenakan pakaian uniform dan terpaksa mengenakan pakaian sukan lengkap sahaja sepanjang hari itu memandangkan saya sedang berbadan dua.
Selesai minum pagi, acara Berdialog bersama KSMJ pula diteruskan. Kesempatan itu, saya menerangkan mengapa saya tidak mengenakan pakaian uniform seperti anggota lain dan mengesahkan ketidakaktifan saya dalam Latihan Bulanan selanjutnya untuk tahun 2007 sehingga saya bersalin Mei 2007 dan tamat tempoh berpantang Julai 2007. Saya terharu sebenarnya kerana terpaksa meninggalkan aktiviti Wataniah ini. Saya bakal merindui segala aktiviti dalam Wataniah dan anak-anakbuah saya serta Jurulatih2 yang baik hati. Apapun, saya tinggalkan pesan supaya anak-anakbuah memberi kerjasama menyeluruh kepada para pegawai lain yang masih aktif termasuk Kapten Belayong ak Pok yang memangku OC- Mej Lawrance @ Belaja yang sedang sakit.
Nampaknya dengan kehadiran ketua jurulatih baru Sarjan Norijoh dari Renjer akan menyengatkan lagi aktiviti Wataniah Kompeni A. Semacam ada suntikan semangat bara yang dijanjikan oleh PW1 Teng dan Sjn Norijoh sewaktu sesi dialog dan taklimat yang diberikan.
Petang itu, saya pulang tepat jam 5.00 petang. Begitu terasa keletihan seharian setelah lama tidak berakitiviti meskipun suami menjadi pemandu hari itu. Apa tidaknya, sebelum ini saya sekurang2nya tidur walau 15 minit setiap tengahari tetapi tidak untuk hari itu - tiada ruang langsung untuk saya berbuat demikian.
Apa pun, saya berbangga kerana dapat juga hadir latihan dalam keadaan sebegitu sekurang-kurangnya rasa prihatin menjenguk anak2 buah terjetus di hati saya biarpun memakan masa yang singkat.
Bravo Wataniah. Bravo Kompeni Alpha, Batalion Pertama Rej 511 AW.
Armiza Nila
17012007

Thursday, January 11, 2007

Masjid Jamek Petra Jaya dan Kelas Tusyien


gambar bukan masjid jamek sebenar [hiasan semata-mata]
Isnin - 8 Januari 2006, dalam perjalanan pulang dari pejabat, kakak Hatiah menelefon saya - mohon bantuan suami pergi menghantar anak2nya hari pertama menghadiri Tusyien di Masjid Jamek Petra Jaya, Kuching.
Walaupun letih, saya menemani suami selesai solat Maghrib pertama kali melangkah kaki ke Masjid Jamek. Saya sendiri berjumpa guru[ustaz] bertugas menghantar Aidil Yushairi [Tahun Tiga] dan Mohd Qois [Tahun Dua] masuk ke dalam Masjid.
Begitu tenang sekali wajah Masjid yang besar dan luas ini, detik hati saya. Aidil dan Qois pun duduk di kelas masing-masing. Sayu hati saya meninggalkan mereka berdua - anak2 yang masih kecil dan mentah ini.
Saya pun keluar ke perkarangan Masjid ditemani 'Irfan dan suami sambil2 berjalan-jalan di kaki limanya yang maha luas. Sekali lagi saya menerima panggilan telefon daripada Kak Tie. Memandangkan saya memang cukup letih saya setuju saja bila kakak memberitahu suaminya sendiri yang akan mengambil balik anak2nya dari Tusyien yang tamat jam 9.15 malam.
Saya pun bergegas sekali lagi masuk ke dalam masjid memberitahu berita ini kepada anak2buah saya. Seketika itu, kedengaran azan 'Isya' berkumandang dengan merdu. Kelas tusyien dihentikan. Para guru tusyien mengarahkan anak2 didik mereka berwudhu untuk sama-sama bersolat 'Isya'. Sekali lagi saya terkedu. Begitu rupanya cara tusyien di Masjid Jamek ini. Sambil tusyien anak-anak didedahkan dengan Al-Quran dan Solat. Sedari kecil lagi anak2 dididik dan satu-satu sudut ada juga ibubapa yang menemani anak mereka tusyien sambil memandang dari jauh anak2 mereka menerima pelajaran daripada guru.
Saya kembali menuju parking sambil menyatakan hasrat kepada suami untuk menghantar 'Irfan dan Adib tusyien di Masjid Jamek ini bila cukup umur tujuh tahun.
Sejak mengandung hampir 6 bulan ini, kekuatan saya agak berkurangan. Stamina emosi dan fikiran sedikit terjejas lalu menamatkan kelas tusyien saya sebelum ini. Biarlah - saya lebih mementingkan kesihatan daripada wang. InsyaAllah, rezeki saya akan datang juga mungkin dalam bentuk lain. Pun dalam pada itu ada juga jiran2 yang menyatakan hasrat menghantar anak2 mengaji Al-Quran dengan saya namun saya tetap menolaknya dengan baik memandangkan masih dalam tempoh kehamilan.
Begitulah--- pihak Masjid dapat mempergunakan Rumah Allah ini bukan sahaja untuk beribadat tetapi juga untuk meneruskan pengajian ilmu kepada anak-anak Muslim biar dari umur setahun jagung lagi - benarlah - 'melentur buluh biar dari rebungnya'...
Armiza Nila

Teruskan Menulis




Naluri hati saya telah pun saya luahkan. T'lah mendapat reaksi daripada DBPCS. Saya terima seadanya. Komen dari rakan2 pun membuka minda dan hati saya. Apa yang penting, saya terus menulis. Waima tulisan saya itu taklah sehebat mana. Suatu hari, pasti ada perkembangannya bak mawar kalas yang kembang mewangi di dingin pagi.
Bukan itu saja, saya harus menelaah karya-karya penulis mantan dan berjaya. Saya tidak bermaksud untuk bertelagah dengan sesiapa. Saya hanya menyarankan apa yang saya rasa patut diperbetulkan dan diambil perhatian oleh pihak berwajib dan pasti tidak lebih dari itu. Kerana selama ini saya percaya tanpa menghadiri apa-apa aktiviti sastera pun, seorang yang benar-benar ingin menjadi penulis tetap akan berjaya mencapai niatnya dengan rajin menelaah kerana sekarang tidak kurang gudang mencari ilmu dan maklumat - dari buku, internet mahupun media massa - pilih saja dengan bijaksana dan menepati masa seiring usia yang semakin pendek ini, sudah pasti penulis akan mendapat habuannya.
Saya tidak meletakkan apa-apa kesalahan atau ketidakpuasan hati kepada mana-mana pihak cuma ingin mengingatkan diri bahawa betapa pendeknya usia kita ini untuk mencipta jati diri, untuk menjadi manusia pemberi, insan yang bererti...
Armiza Nila
Petra Jaya

Tuesday, January 09, 2007

Mimpi

Tadi malam, saya bermimpi. Mimpi yang cukup memilukan hati kecil saya. Berikutan dengan latihan bulanan askar wataniah yang semakin menjelang pada 11,12 dan 13 Januari 2007 ini, saya bermimpikan rakan seperjuangan yang telah pergi menemui-Nya.

Saya bermimpi Kopral Salmah masih hidup sambil duduk bersembang bersama kami dan sahabat baik saya Dayang Paon. Saya macam tidak percaya bahawa beliau masih hidup bila diterangkan oleh rakan-rakan. Wajahnya tepat merenungi saya sambil berbual rancak seperti selalu.

Tiba-tiba saya tersedar. Oh....firasat saya...arwah minta didoakan [sedekah] untuk bekalan di alam barzakh. Saya terkesan dalam diari hidup saya banyak kali saya bermimpikan arwah2 keluarga mahupun sahabat rapat dan terdekat saya sejak2 kebelakangan ini. Yang mampu saya lakukan hanyalah berdoa dan bersedekah untuk mereka. Semoga ruh-ruh mereka bersemadi dengan aman di alam sana. Dan ini merupakan pengajaran buat kita yang masih hidup!

Al-Fatihah....
untuk Allahyarhamah Kpl Salmah Yahya...
Amin...

Armiza Nila

Monday, January 08, 2007

Kenduri Kahwin Zulfidzi Poni & Dayang Norita Awang Sadam

[gambar perkahwinan masih dalam proses pencucian - maaf kerana belum dapat disiarkan]

Ahad, 7 Januari 2007 - hari bersejarah bagi keluarga kakak nombor dua Madiah Mahbu kerana telah berlangsungnya majlis perkahwinan anak keduanya [Zulfidzi] yang pertama kali diadakan dalam keluarga mereka kerana anak perempuan sulungnya masih lagi menunggu lamaran teruna...

Majlis yang dihadiri lebih kurang 1000 orang jemputan cukup meriah di Kg Sinar Budi Baru, Desa Wira. Kakak tidak perlu menyediakan semua/banyak persiapan kerana urusan masak-memasak diambil alih keluarga kami yang diketuai ayah [Mahbu Ambi], abang-abang, ipar duai, anak2buah dan saudara-mara kerana alasannya di tapak rumah kakak di Sinar Budi tiada lagi ruang memasak untuk kenduri kerana tanahnya telah kesemuanya 'dilantaisimenkan'.

Atas muafakat adik-beradik seramai 12 orang, kami sekeluarga telah menyumbangkan bukan saja wang malah tenaga bagi menjayakan majlis perkahwinan pertama dalam keluarga kakak Madiah. Ini kerana kak Madiah telah terlalu banyak menabur budi terhadap kami adik-beradik dan anak-beranak dari segi sumber kewangan tanpa mengenal jumlah mahupun lelah. Sudah menjadi adat dan tradisi keluarga kami, "berat sama dijunjung ringan sama dijinjing".

Alhamdulillah, sedari pagi Sabtu lagi, kami sekeluarga perempuan lelaki tua muda berkumpul di rumah kak Long untuk menyediakan bahan masakan. Mengupas, menghiris, memotong, memblender ramuan kering sehingga basah, melapah daging dan ayam. Memotong nenas dan sayuran sehinggalah Maghrib. Sebelum Maghrib kami makan-makan bersama [ikan fresh yang baru dipukat Abang Pit masak asam pedas dan goreng kering], sup kaki ayam, sayur labu dan ulam timun dan cencaluk].

Para lelaki meneruskan tugasan persediaan masak dari Maghrib hinggalah jam 3.30 pagi pada keesokan harinya. Anak-anak Kak Long, Abg Pit dan Abg Bet kebanyakannya lelaki tinggal di Semariang untuk tugas memasak manakala yang perempuan termasuk saya, adik dan anak-anak dan ibu berkunjung ke Sinar Budi setelah selesai solat Maghrib kerana di sana menanti untuk menyaksikan "Berlulut" pihak perempuan yang mengadakan Majlis Kahwin secara "Berjemuk"[perkahwinan diadakan sekali di rumah pengantin lelaki].

Bukan sahaja hidangan makanan secara buffet yang kak Madiah sediakan, acara "Berlulut" diselangi dengan paluan kompang dan gong juga nyanyian karaoke yang begitu membingitkan telinga. Nampak berseri wajah pengantin perempuan 'berlulut' dengan menukar tiga jenis pakaian iaitu sari India, cheongsam Cina dan kebaya Melayu.

Anak saya 'Irfan dan Adib sambil menutup cuping telinga kerana paluan kompang dan gong yang begitu nyaring ditambah lagi dengan 3 buah mikrofon betul-betul duduk di sebelah kami. Anak2 saya terkesima menontonnya sambil terkinja-kinja juga turut menari mengikut irama kompang dan nyanyian karaoke. Kami pulang jam 10.30 malam.

Keesokan paginya jam 9.30 pagi, saya memohon bantuan adik Siti Josika memandu Kancil kerana saya tidak larat lagi setelah menolong di rumah kak Long petang semalam ditambah dengan 'buyuh' kaki saya dan karenah anak-anak. Kancil saya berhimpit dengan penumpang [kak Ayang -jiran kami, pembantu rumah saya dan adik serta anak-anak saya dan anak adik]. Ketiadaan suami memang sedikit menyukarkan perjalanan saya dan anak-anak.

Majlis persandingan berjalan lancar disusuli dengan Majlis Berzikir terdiri daripada wanita dan lelaki. Zulfidzi macam kekok saja berdepan kamera buat kali pertama. Tetamu semakin ramai berkunjung dan setiap yang baru hadir terus dipersilakan makan. Setelah puas makan dan minum, kami kembali ke Semariang hampir jam 1200 tengahari...

Armiza Nila
[sekitar pengalaman di dua tempat majlis Semariang Batu dan Sinar Budi Baru]
6 dan 7 Januari 2007

Friday, January 05, 2007

Hujan akhirnya cerah

Beberapa hari di Kuching hujan turun tak henti-hentinya. Pakaian saya dan anak-anak sembab dan terpaksa disterika untuk mengeringkannya. Memandu di jalanraya yang basah dan licin, saya cukup berhati-hati. Lambat-lambat asal selamat. Keadaan mendung yang hampir gelap menyukarkan pandangan mata saya yang sememangnya rabun biarpun dibantu kacamata dan lampu kereta. Dalam berat saya sampai juga ke rumah.

Alhamdulillah, petang ini hujan beransur reda. Matari tanpa segan silu menyilau sinarnya. Memberi harapan baru kepada semua orang.

Saya bersyukur kerana hujung minggu anaksaudara lelaki [Zulfidzi] akan melangsungkan majlis perkahwinannya di Kpg Sinar Budi. Segala urusan masak-memasak diserahkan kepada keluarga kami [ayah dan abang2 serta ipar duai] di Kpg Semariang Batu.

Dengan teduhnya hujan dan cerahnya matari, insyaAllah kerja-kerja memasak akan berjalan dengan lancar dan majlis pun akan turut bahagia.

Armiza Nila

Thursday, January 04, 2007

Kutipan dari Sastera Utusan Malaysia 4 Januari 2007

Rasanya bermanfaat kepada penulis muda yang mungkin tidak berkesempatan melayari Utusan Malaysia 4 Januari 2007. Moga jadi pedoman buat kita semua....

Sastera
Penulis muda hadapi cabaran lahirkan karya bermutu

Oleh: AZMAN ISMAIL

MENCARI ruang dan isu-isu baru untuk mempertahankan khalayak sastera tempatan dan memberi ruang kepada sastera Melayu menjadi cabaran terbesar kepada penulis-penulis muda tanah air sepanjang 2007.

Ini kerana tidak banyak peristiwa besar yang berlaku di negara ini yang boleh diketengahkan sebagai tema penulisan dalam semua genre kreatif.

Keadaan tersebut bagi sesetengah pihak dikatakan sebagai faktor utama yang menyebabkan penulis-penulis tempatan terutama generasi muda menggunakan ‘apa yang ada’ bagi melahirkan karya hingga tidak ada anjakan yang bermakna dalam sastera Malaysia.
Ketika dunia menghadapi kerencaman isu yang ditimbulkan oleh konflik bersenjata, politik, pertembungan ideologi atau krisis kemanusiaan, penulis-penulis di negara ini berada dalam zon selesa berbanding dengan teman-teman mereka di Iraq, Afghanistan atau di beberapa negara Afrika.

Bagi penulis Tuan Nurizan Raja Yunus (Ana Balqis), ketiadaan isu besar yang boleh diketengahkan menjadi cabaran terbesar kepada penulis muda tempatan.
Menurut beliau, tugas yang harus dipikul oleh penulis-penulis muda di Malaysia sepanjang tahun ini dan seterusnya ialah memanfaatkan pelbagai isu yang ada untuk membina dan mengukuhkan khalayak sastera tempatan.

“Melalui karya-karya sastera, saya dan rakan-rakan penulis lain perlu mengajak khalayak sastera bergerak ke hadapan. Keupayaan kreatif dan kepekaan terhadap pelbagai isu sangat penting supaya tema kecil di sekitar masyarakat kita boleh dikembangkan menjadi karya besar dalam semua genre sastera.

“Mungkin kita tidak ‘beruntung’ berbanding dengan rakan-rakan lain yang berada di tengah-tengah kerencaman konflik atau krisis yang terus langsung boleh menggarap ke dalam karya kreatif mereka tetapi tidak bermakna kita tidak boleh melahirkan karya besar,” katanya.
Ana Balqis berkata, aspek sejarah misalnya boleh digarapkan dengan berkesan ke dalam karya-karya sastera untuk mengukuhkan tamadun bangsa, sekaligus menjadi alat untuk membina negara bangsa.

Katanya, beberapa penulis tersohor dunia seperti Pablo Neruda, Gabriel Garcia Marquez, Naquib Mahfouz atau Rabindranath Tagore juga menghasilkan karya besar dari satu suasana yang tidak ada sebarang isu besar.

Namun, penulis-penulis tersohor berhasil melahirkan karya-karya besar yang mampu meletakkan diri mereka sebagai peraih Anugerah Nobel Kesusasteraan dan diiktiraf di seluruh dunia.

“Ketiadaan isu besar tidak boleh dijadikan alasan penulis-penulis kita gagal melahirkan karya-karya besar. Yang penting, kemampuan kreatif untuk mengolah idea dengan persoalan yang ada di sekitar kita. Ia sudah cukup untuk melahirkan karya terbaik,” tambahnya.
Bagaimanapun, beliau melihat proses birokrasi dalam penerbitan yang diamalkan oleh sesetengah syarikat mungkin boleh menjadi penghalang kepada karya-karya sastera tempatan.
Katanya, sikap yang mengutamakan penerbitan karya-karya picisan yang lebih memberi pulangan komersial turut memberi impak besar kepada ruang dan peluang untuk penulis berkarya.

Seorang lagi penulis muda, S.M Zakir berpendapat, cabaran terbesar kepada dunia penulisan tempatan ialah semakin mengecilnya khalayak sastera akibat penggunaan bahasa Inggeris dan kemasukan karya-karya asing secara meluas di negara ini.

Katanya, tidak mungkin karya-karya berbahasa Melayu terus hidup seandainya tidak ada sokongan yang kuat daripada pelbagai pihak selain `kesediaan’ khalayak untuk mengutamakan bahasa itu sebagai bahasa komunikasi dan ilmu.

S.M Zakir berkata, masyarakat juga mula beralih kepada isu-isu yang lebih bersifat global dan persoalan-persoalan yang boleh memberi pulangan kepada mereka seperti ekonomi dan kewangan hingga ruang untuk sastera Melayu semakin mengecil.

“Sebenarnya cabaran sastera Melayu pada tahun 2007 mungkin akan lebih sengit. Masyarakat tidak lagi melihat sastera sebagai alat untuk mewujudkan pembinaan insaniah secara psikologi dan keilmuan.

“Sebaliknya, mereka cenderung melihat persoalan politik, ekonomi dan beberapa isu yang mempunyai nilai tarikan masyarakat jauh lebih penting. Inilah cabaran terbesar sastera Malaysia hari ini dan seterusnya,” ujar beliau.

Bagaimanapun, beliau berkata, itu tidak bermakna penulis-penulis muda mahupun mapan di negara ini terpaksa akur dengan keadaan, sebaliknya mereka mesti memperjuangkan fungsi sebenar sesebuah karya sastera.

Baginya, kekuatan sesebuah karya sastera terletak di tangan seseorang penulis dan penggarapnya. Kepekaan dan daya kreatif akan menjadikan sesebuah karya tersebut besar dan mampu memikul peranannya dengan baik.

Beliau yang juga Setiausaha Agung Persatuan Penulis Nasional (Pena) berkata, selain perlunya seseorang penulis mempersiapkan dengan ilmu bantu, mereka juga mesti sentiasa sensitif terhadap isu-isu baru di sekitar masyarakat untuk diangkat sebagai tema penulisan.
Sementara itu penulis dan pensyarah sastera, Dr. Mawar Shafie berkata, khalayak sastera di negara ini yang semakin mengecil mungkin boleh diatasi melalui pendekatan-pendekatan tertentu kerajaan.

Antara lain beliau berkata, Program Rakan Muda di bawah Kementerian Belia dan Sukan (KBS) boleh dijadikan platform untuk memperkembangkan khalayak sastera terutama di kalangan generasi muda.

“Selain adanya program-program pendidikan moral, kemahiran dan integrasi, sastera juga boleh diterapkan sebagai alat pembinaan jati diri di samping untuk memperluaskan khalayak sastera Melayu.

“Oleh kerana proses pengisian sastera semakin rencam di samping cabarannnya yang semakin berbagai-bagai, pendekatan untuk memastikan sastera Melayu terus mendapat tempat dalam masyarakat perlu juga diperluaskan,”
katanya.

Nasib kejujuran





ia jarang dipandang tinggi
kejujurannya dicicirkan dari mata fikirbudi
betapa ikhlas hatinya
mengendong kebenaran ke mana saja
niat putih bersama sinar suci akalnya

pun disanggah lakunya
tanpa sedikitpun ditutup
waima dengan kain paling tipis di dunia

jujur ia tiada tara
mengatasi kebobrokan penipuan
yang diaktifkan setemannya

namun kejujuran itu
memusnahkan pencapaian
sehingga tercabar keimanan
berebut para syaitan mengambil bahagian
mencuba menghasut pembohongan

"LaILahaIllalLallah
MuhammadarRasulullah"

begitulah nasib kejujuran
yang menemukan kemenangan
pada akhir perjalanan...

Armiza Nila
POLIKU
p/s... puisi ini telah mendapat kritikan membina yang amat ikhlas dari seorang teman penulis yang jauh nun di perantauan [Roslan Jomel]. Lantaran saya amat menghargainya, saya sisipkan di sini kata-kata beliau yang amat memotivasikan diri saya untk lebih berhati-hati semasa menulis puisi. Ternyata penulis ini tidak mengira sesiapa (tidak memilih kawan) utnuk menyatakan keikhlasannya bagi membentuk sesama penulis menjadi yang terbaik. Terima kasih sdra Roslan Jomel...
Salam Kepada Sdr Armiza,
Suka untuk saya berterus terang sahaja memandangkan kita sudah pun bersaudara dalam laman SS ini. Saya tidak berpuas hati kepada puisi ini. Saya hanya terpikat pada baris pertamanya sahaja. Saya tahu sdrArmiza tidak keberatan untuk memperbaikinya kerana di dalam diri sdrArmiza sudah ada kilauan pemikiran. Saya paling benci kepada pujiankerana ia sekadar retorika pemanis, maka itu, saya yakin bahawa puisi ini akan kelihatan lebih berkesan sekiranya direnung dengan lebihmendalam akan pemilihan diksi2nya untuk menyampaikan maksud besar sdrArmiza iaitu tentang kejujuran. Ini tema yang besar dan walaupun sudah klise tetapi penyair yang bijak cara persembahannya, tema yang dianggap "ortodoks" sebegini akan berjaya menusuk jauh ke dalam dada pembacanya.
Saya juga yakin sdr Armiza memiliki koleksi2 buku puisi tulisan penyair2 terbaik negara mahu pun luar negara di rak bilik bacaan. Dan dari pengaruh pembacaan dan penganilisisan kerja puisi2 dari koleksi2 buku puisi tersebut, saya dan juga sdr Armiza akan dapat menjadikannya sebagai penerang ilmu atau perbandingan kepada proses pengkaryaan. Tiada niat pun untuk mengajar kerana saya dan sdr Armiza perlukan seseorang untuk mengajar kita sebagai penulis muda. Tetapi, bagaimana seandainya tiada seseorang pun sudi mengajar kita? Saya juga menunggu, karya sdr Armiza harus segera diterbit ke majalah DewanSastera. Tiada bezanya sdr di antara penulis2 wanita lainnya diSemenanjung. Itu hanyalah jarak geografi.
Salam puisi.

Suara hati




Suka saya mengutip dari laman s_s tentang suara hati - pengharapan tinggi saudara penulis kita Roslan Jomel mengenai kerabat API.

Tindakan ini bukanlah berupa membangga-banggakan diri cuma jadi motivasi untuk terus berkembang...

Saya sungguh senang sekali menjadi pendengar kepada kelainan pendapatdan buah fikiran daripada sesiapa sahaja yang arif di dalam dunia penulisan. Beg besar akan saya bawa untuk dipenuhkan oleh kebijaksanaan sdr2 penulis kita. Sarawak memiliki sdr Yusuf yang luas pembacaan dan geografi sasteranya yang telah merenjis bakat uniknya kepada pembaca, sdr Armiza yang bakal berdiri tinggi membawa berus pena lembut ke halaman kertas dengan lukisan pengalaman yang lebih matang. Kita berharap kepada sdr Armiza akan menyumbangkan bahasa puitis untuk memperincikan seribu persoalan dari kaca mata wanitanya dan kita juga memiliki sdr Zakaria Manan yang menyerongkan norma konvensi sastera negeri melalui puisi2nya - Roslan Jomel

Wednesday, January 03, 2007

Selamat Ulang Tahun Pertama


4 Januari 2007 - hari ini maka genaplah satu tahun usia penghasilan/kelahiran blog saya "Basah Dalam Setitik Nila" dalam dunia maya tanpa sempadan ini.

Saya melafazkan kesyukuran yang tidak terhingga kerana akhirnya usia setahun telah mematangkan penulisan saya dalam gaya blog ini.

Walaupun saya bermula dengan kepayahan dan kecelaruan, sedikit-sedikit saya bisa mengorak langkah nyaman sehingga boleh berinteraksi dengan para blogger lain yang banyak memberi komen membina terhadap pengkaryaan blog saya.

Tahun baru 2007 diharap memberi sinar yang lebih cerah dan ceria dalam penghasilan karya saya baik di dunia maya mahupun di alam nyata. Ternyata gugahan-gugahan yang mendatangi diari hidup saya menjadi semangat bahang dalam memperkembangkan pemikiran untuk membentuk kendirian yang sebenar.

-Ulangtahun Pertama Blog Basah Dalam Setitik Nila "Armiza Nila"-
(4 Januari 2007)

Friday, December 29, 2006

Hari ini dan hujung tahun 2006

Sehingga ke hari ini, saya tidak memiliki baki cuti rehat lagi bagi tahun 2006. Hari ini adalah hari terakhir saya ke pejabat untuk tahun 2006. Hujan lebat sejak petang semalam sejurus saya balik lewat dari pejabat [jam 5.30 petang] sehinggalah ke pagi ini jam 8.00 pagi tadi hujan turun dengan lebatnya.

Mengenangkan suami yang masih letih selepas perjalanan dari Sematan petang semalam, saya gagahi jua kaki sendiri untuk memandu ke pejabat dalam keadaan hujan lebat. Kesian suami, nampak keletihannya bila saya kejutkan pagi tadi bersalam sebelum saya ke pejabat. Selalunya saya bermanja dengan suami untuk menghantar ke pejabat tapi tidak hari ini.

Saya menghabiskan hari-hari terakhir di pejabat untuk tahun 2006. Tugas-tugas rasmi saya sudah 100% selesai bila tiba akhir tahun seperti ini. Dan pengalaman ini tidak pernah pun saya alami sejak 9 tahun yang lalu. Mungkin Allah memberi peluang kepada saya merasai kesenangan sedikit seperti ini dengan tidak terlalu dibebankan dengan tugas yang biasanya melambak di atas meja dan menghentak kepala. Pun saya tidak senang duduk dan menghadap PC semata. Saya gunakan masa yang ada untuk menelaah tentang pekerjaan di bidang akaun pula yang saya akui amat payah untuk saya kunyah, telan dan masukkan dalam minda saya. Apapun, saya tetap juga berusaha untuk menikmatinya.

Tahun 2006 banyak meninggalkan kenangan manis, pahit dan kesan yang mendalam dalam batang tubuh saya. Tahun ini saya berpindah dan hidup di rumah sendiri buat pertama kalinya, tahun ini juga saya bersama suami dan anak-anak pertama kali menjejak kasih ibu kandung suami [berpergian jauh sehingga ke Lawas].

Tahun ini juga saya berjaya dalam bidang sastera yang ceburi sejak 9 tahun yang lalu. Tahun ini juga tahun menguji kesabaran dan keimanan saya dalam bidang kerjaya yang maha mencabar! Tahun ini juga saya bersedih kerana kehilangan ramai kawan yang dulunya berpura-pura baik terhadap saya. Tahun ini saya sudah mengerti benar antara kawan, sahabat mahupun teman yang boleh dijadikan rakan setia.

Segalanya berlaku dalam tahun 2006. Begitu banyak kejayaan dan kegetiran yang telah saya tempuhi dalam tahun ini dengan penuh kesyukuran dan kesabaran.

Tahun baru 2007 yang bakal menjelma saya berharap sinarnya bertambah cerah dan ceria. Rezeki saya, suami dan anak-anak akan bertambah dari masa ke semasa berkat usaha yang tak mengenal kalah. Segala masalah kewangan dapat diatasi sebaik mungkin dengan penuh kesabaran dan bijaksana kerana tahun 2007 saya akan menambah satu lagi saham berbentuk ANAK. InsyaAllah, Yang Maha Kaya akan melimpahkan Kepemurahan-Nya dalam kebahagiaan dan keberkatan keluarga saya.

Begitulah berakhirnya tahun 2006. Hanya tinggal 2 hari lagi peristiwa yang akan menjadi lipatan sejarah dalam usia 31 tahun saya.

Armiza Nila
Desa Serapi
29 Disember 2006

Thursday, December 28, 2006

PUISI - SEKUJUR KECIL SEBESAR JIWA

SEKUJUR KECIL SEBESAR JIWA

biar sekujur kecil
asal sebesar jiwa
kerdil dipandang
gagah dirasa
pantas dikendong
ke mana-mana.

Armiza Nila
150705
POLIKU

TP&S Pt 1 - OLEH PENAGUNUNG

Tiga buah puisi daripada tiga orang penyair muda menggamit perhatian saya . Secara umumnya, membaca puisi-puisi itu membuka peluang untuk lebih mengenali hati-budi barisan penyair muda itu. Ini adalah satu peluang keemasan yang tidak harus dilepaskan. Saya pun menelaahnya.

Puisi pertama daripada Armiza Nila berjudul ‘Sekujur Kecil SebesarJiwa’ agak memberangsangkan. Begitu terasa kelancaran pengucapannya,pertautan yang baik antara baitnya, di samping gaya bahasa yang biasa; ‘biar sekujur kecil / asal sebesar jiwa / kerdil dipandang /gagah dirasa / pantas dikendong / ke mana-mana.’ Armiza tidak banyakberpaut pada unsur-unsur sastera [ personifikasi, metafora, hiperbola dan lain-lain ] tetapi menyandarkan kepada kekuatan diksi yang denotatif sifatnya. Armiza jelas memberikan penekanan kepada penyampaian wacana pilihannya.

Pendekatan serupa juga diambil oleh Sajali Mohamad dengan puisinya ‘Senja-Senja Begini’ . Puisi yang menampilkan kesedaran penyair tentang usia bahari dirinya itu benar-benar menyentuh perasaan pembaca. Sajali amat berhati-hari dengan diksinya,pengulangan kalimat ‘senja-senja begini’ memberikan penekanan berkesan akan dilema usia tua yang dihadapinya ; senja-senja begini /banyak yang mesti ditinggalkan/ bersama pertaruhan lupa / senja-senjabegini / tiada sedar menghitung hari / hari yang sudah / senja-senjabegini / banyak sudah yang terhakis / dalam diri / senja-senja begini / noktah adalah tetamu / yang dinanti.

Namun sedikit perbezaan pada puisi Kelana Akira. Meski pun penyampaiannya masih di dalam lingkungan gaya denotatif itu, Kelana cuba memanfaatkan beberapa unsur sastera seperti personifikasi[ ‘syahdu alam’, ‘tirai asyik’ ], di samping istilah sufisme yang mencerminkan latar belakang puisi ini. Tanpa pengetahuan lebih mendalam akan istilah ini, kita tidak mungkin akan dapat menangkap makna tersurat puisi ini. Antaranya ialah ‘isyaratmu’ [ tanda kebesaran Allah swt ] , ‘ wahid namamu ‘ [ wahid ialah sifat Allah swt bermaksud satu ] dan ‘ baital atiq [ nama lain bagi Kaabah ].

Meskipun percubaan sufisme Kelana ini tampak jelas, namun saya tidak akan mudah untuk mengkategorikannya sebagai puisi sufi. Ini hanyalah kesedaran beragama penyairnya sahaja.

jika telah aku turut akan katamu / maka aku dapat akan kerjamu
ingat-ingat kan isyaratmu / sampai wahid namamu

kutaruh akan tirai asyiknya / syahdu alam bidainya tiada jauh
di bahr al dhunub aku putuskan / tali sauh ripainya

di baital atiq / wasilah akan isinya berlabuh

Armiza Nila
p/s...sengaja saya perturunkan di sini puisi kerdil saya yang telah diberi kritikan membina oleh saudara Penagunung di samping puisi Sajali Mohamad dan Kelana Akira.

Saya begitu menghargai kerja keras saudara Penagunung kerana rupa2nya masih ada insan yang sudi untuk mengunyah dan menelaah puisi saya si insan kerdil ini.

Saya berharap selepas ini akan ada lagi kritikan2 seumpama ini untuk memperkembangkan lagi hasil pengkaryaan saya.

Tergoda oleh Astro




Akhirnya hari ini saya tergoda juga oleh promosi melanggan Astro khas untuk staf Kementerian Pelajaran Malaysia. Daftar dan pemasangan percuma dengan bayaran 3 pakej mini RM49.95 sebulan dan perjanjian 2 tahun [kalau berhenti dalam tempoh kena bayaran RM500.00].

Saya bersetuju melanggan 3 pakej mini yang berfaedah untuk perkembangan minda anak-anak dan minat suami serta keperluan diri saya iaitu Learning, Fun & Sport. Saya terjebak juga melanggannya kerana selama ini memerhatikan minat anak belajar melalui rancangan televisyen. Anak sulung saya 'Irfan selalu menunjuk aksi jenaka dan pintar yang ditirunya daripada rancangan TV terutamanya bab iklan. Di situ saya melihat pengaruh rancangan TV yang baik untuk perkembangan minda anak-anak saya. Si Adib yang baru berusia 15 bulan sudah pandai meniru aksi iklan TV3 dengan berjoget dan menyebut TV3. Saya seronok melihat kepetahan anak-anak.

Bukan itu saja, saya cuba mengajar anak-anak bertutur dalam bahasa Inggeris untuk melatih mereka sedari kecil agar memahami dan fasih berbahasa English bila mereka masuk ke alam persekolahan kelak. Oleh itu saya melanggan Fun yang menyediakan rancangan kartun berbahasa Inggeris. Sedikit sebanyak anak-anak akan memahami bahasa itu dengan mudah hendaknya. Saya tahu pengaruh TV begitu kuat dalam perkembangan hidup anak-anak. Namun saya akan pastikan masa anak-anak akan dapat diselaraskan dengan sebaiknya antara pelajaran dan hiburan.

Semoga usaha saya ini tidak akan sia-sia. Saya juga mengenangkan minat suami dalam bidang sukan lalu memilih Sport dan sudah pastinya kita boleh menonton kejayaan2 ahli sukan yang boleh menjadi contoh atau sekadar berhibur terutamanya sukan bolasepak yang amat suami minati.

Dan saya sendiri memilih Learning kerana saya minat rancangan Animal Planet dan Discovery untuk menjelajah dunia alam sains, teknologi mahupun flora dan fauna. Dan insyaAllah ia bakal memperkayakan ilmu dan pengetahuan saya untuk ditumpahkan dalam bentuk karya.

Armiza Nila

Raya Haji dan Tahun Baru 2007




Salam,


Tinggal beberapa hari saja lagi kita akan menyambut 'Idul Adha dan Tahun Baru Masihi 1 Januari 2007. Kedua-dua sambutan memberi makna yang mendalam kepada kehidupan para ummat.

Korban bukan saja dari segi material malah ia merangkumi pelbagai aspek atas kemampuan individu masing-masing. Pengorbanan banyak takrifannya. Betapa kita harus bersyukur dengan segala limpah kurnia-Nya selagi bernafas di bumi bertuah ini.
Para ibu tidak kurang pengorbanannya dalam mendidik dan membesarkan anak-anaknya dalam apa cara sekalipun. Para bapa berkorban jiwa dan raga mencari sesuap nasi dan susu untuk peningkatan hidup anak isterinya. Segala penat lelah bukan lagi jadi kayu ukur atas tanggungjawab yang sememangnya sudah terletak di bahu insan bernama manusia yang ikhlas memperjuangkan hidupnya semata-mata kerana Allah S.W.T.
Walau apa pun, seringkali insan itu lupa diri pabila meraikan sesuatu perayaan lebih dari sambutan yang sebenarnya dibenarkan oleh Islam. Biarlah kita berpada-pada kerana bumi ini semakin tua sebenarnya seiring dengan pertambahan tahun dan kurun. Kita jangan terus alpa didodoi mimpi-mimpi indah semata.
Peristiwa Tsunami contohnya masih segar di ingatan. Tempoh 2 tahun masih terlalu muda masanya untuk memulih keadaan mahupun perasaan mangsa. Kita sewajarnya insaf akan kejadian-kejadian seumpama itu dan bersyukurlah kerana kita masih terpilih untuk tidak menghadapinya malah sekadar melihat dan mendengar di kaca tivi mahupun di surat khabar ataupun internet. Betapa Allah murka dengan keangkuhan insan bernama manusia itu! Segala suruhanNya diabaikan dan apa yang dilarangNya menjadi ikutan pula. Na'uzubillahimindzhaliq! Semoga Allah menjauhkan segala kejahatan nyata seperti itu.
Kita sering dihantui masa depan yang masih kabur meskipun kita tetap terus berusaha membina kehidupan yang sempurna dan sebaik mungkin. Selainnya terserah kepada takdir Illahi. Jangan jadikan peristiwa-peristiwa dahsyat itu untuk kita terus berpeluk tubuh dan bersenyum lebar tanpa membuat apa-apa pun persediaan. Marilah menuju kesedaran lebih-lebih lagi bermula dari dalam rumah dan keluarga kita sendiri.
Semoga 'Idul Adha dan Tahun Baru 2007 ini akan tambah menginsafkan kita akan masa yang semakin terpinggir dan bagaimana harus kita melangkah laju dalam mengejar kejayaan untuk hidup di dunia mahupun di akhirat dengan keberkatan dan keredhaan-Nya.
Ingatlah, setiap kesusahan itu sudah pasti ada jalan penyelesaiannya. Dan setiap kesenangan itu haruslah dikongsikan pada mereka yang sepatutnya menerimanya. Berkongsilah menikmati kurniaan-Nya dan janganlah kita memakai pakaian kesombongan dan keangkuhan sebelum menyembah bumi ini!
Armiza Nila
Semariang Batu.

Thursday, December 21, 2006

Menjadi Ketua


Menjadi Ketua

haruslah berwaspada
biar pahit di hati
jangan sampai menyakiti

menjadi ketua
bukan semudah kata-kata
periuk nasi orang jagalah ia
sesempurna

baik budinya dikenang jua
sekali jahatnya sehayat disumpahnya
jiwa takkan tenteram
hati takkan tenang
selagi kuasa merajalela
diguna semahunya
tanpa berani bersemuka
mulut terkunci berbicara
orang bawahnya
terkapai-kapai berkelana
bagus tidak prestasinya
sama sahaja

menjadi ketua
mengingatkan kita sebenarnya
usah mendabik dada
dengan pemberian sementara-Nya
sekali diragut-Nya
kita pula terpana!

Armiza Nila
[office politicing berada di mana-mana, ada kalangan kita yang bernasib baik meskipun kurang sempurna pekerjaannya dan tidak kurang mereka yang kurang bernasib baik [malang] bila tindakannya tidak dipandang walau sebelah mata.

Oleh itu, jangan pandang belakang....

POLIKU
211206

Wednesday, December 20, 2006

TITANIC II

Saya sudah memposting berkenaan ini pagi tadi. Malang gagal dipublishkan.

Suka saya memendekkan saja preview filem ini setelah selesai saya menontonnya.

Walaupun saya tidak berpuas hati kerana banyak adegan yang telah di'potong' oleh TV3, saya tetap sukakan filem cinta ini. Kerana kekuatan cinta manusia sanggup berkorban dan kata-kata semangat yang dicetuskan oleh orang yang dicintai sememangnya bisa memberi kekuatan yang luarbiasa kepada diri kita. Ini yang terjadi akhirnya - kepada matinya Jack Dawson dan hidupnya Rose.

Hidup harus diteruskan tanpa orang yang dicintai. Dan sesungguhnya kemanisan cinta yang kita alami dulu-dulu [cinta yang benar-benar cinta] sewajarnya menjadi rahsia peribadi kita waima kepada suami/isteri sendiri. Kerana istimewa dan nikmatnya tidak bisa kita kongsikan pada orang lain meskipun orang lain itulah yang akhirnya melamar kita menjadi permaisurinya. Dan sudah pasti anda juga pernah mengalaminya.

Ini pandangan peribadi saya saja dan tidak ada kaitan dengan mana-mana pihak.

Armiza Nila

Friday, December 15, 2006

TITANIC at TV3








Malam tadi, saya menonton sekali lagi Filem TITANIC lakonan Kate Winslet & Leonardo De Caprio di Saluran Ceria TV3 bersama suami dan anak-anak. Biasanya, saya jarang menonton TV sehingga lewat malam seperti malam tadi. paling tidaknya, sambil menunggu suami menonton TV bersama anak-anak, saya akan terlentok lalu terus terlena di hadapan kaca TV sehingga suami kejutkan.
Lain pulak malam tadi, walaupun agak letih selepas balik dari pejabat dan mengalami migraine, saya tetap gagahkan diri untuk terus menonton filem ini. [Ada sesuatu yang tidak menganjakkan punggung saya sebenarnya]. Seingat saya, filem ini pernah ditonton bersama someone special dalam tahun 1997. Ketika itu sedang hangat bercinta. Saya menonton penuh minat manakala si dia lebih banyak tidur kerana tidak faham bahasa Inggeris. Saya menekuninya berdikit-dikit dan perlahan-lahan menangkap setiap patah perkataan yang keluar dari mulut pelakon kerana saya bukanlah pandai sangat berbahasa Inggeris.
Sebenarnya, saya mengulangi menonton filem ini kali ini dengan orang yang benar2 penting dan amat saya sayangi dan cintai - my husband. Kekuatan filem ini dari segi skripnya, ditambah dengan unsur seni lukis oleh (Jack Dawson), kemewahan kapal TITANIC sendiri dan seni-seni lain yang amat menarik hati saya bukan sekadar hanya menonton kosong.
Filem ini benar2 berkesan di hati saya bila menyentuh cinta dan kasih sayang yang amat mendalam. Pengorbanan tak berbelah bagi yang lahir secara automatis kerana kuatnya cinta antara dua hati. Mesej kepada kita betapa tidak bahagianya orang kaya kelas pertama kerana terlalu dikongkong dengan acara2 rasmi yang dialami oleh [Rose].
Malam ini saya akan menonton sambungannya kerana filem ini sebenarnya mengambil masa 3 jam. Tak larat TV3 nak siarkan sehingga habis. Dan saya akan membuat kesimpulan terakhir bila selesai menontonnya nanti.
Armiza Nila